Pahlawan Itu Adalah Kita

Langit gerimis malam ini. Kucoba membuka laptop dan mulai menyusun kata demi kata untuk menuliskan kisah tetangnya. Sebuah kisah yang aku sendiri tidak tahu, apakah bisa disebut “pahlawan masa kini sesuai kehendak panitia TIKOMDIK” atau tidak. Namun yang pasti, melalui tulisan ini ingin ku sampaikan pada semesta bahwa perjuangan tak kenal lelah itu masih ada.

Perkenalkan, namanya Solihin, sahabatku sendiri. Namanya begitu bermakna sesuai do’a dari ibu dan ayahnya, “lelaki yang soleh”. Ia sudah menajdi seorang yatim piatu ketika ia duduk di bangku kelas dua sekolah dasar. Hidupnya tak tentu, berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah lain. Sepulang sekolah, dia hampir tak mengenal kata bermain karena waktunya dihabiskan untuk membantu pamannya mencari rumput, karena pamannya sibuk bekerja sebagai buruh pabrik kayu di sekitar rumahnya. Tapi tunggu! Bukankah kisah hidup Aki Alam lebih heroik dan lebih menarik untuk diceritakan?

Ya, Aki Alam adalah seorang veteran pejuang kemerdekaan yang mengusir penjajah dari tanah pertiwi. Kefasihan berbahasa Jepangnya membuktikan bahwa ia telah hidup lama di masa kejamnya penjajahan Jepang. Bahkan hingga kini, hidupnya tak terlalu beruntung. Dulu, ia berjuang untuk negeri ini, mengusir penjajah yang ingin merebut tanah pertiwi. Namun sekarang, di usia senjanya ia harus terus berjuang melawan kesulitan hidup sebatang kara.

Begitupun kisah lelaki paruh baya yang mengerahkan seluruh tenaganya tanpa belas kasih kepada anak-anaknya. Ia juga pahlawan! Ia banting tulang siang dan malam demi sesuap nasi untuk anak dan istrinya. Dengan penuh semangat ia duduk membungkuk di kursi tuanya menghadap mesin jahit. Sesekali ia rebahkan badannya ketika waktu solat tiba. Ia bukan tidak merasa lelah, namun tekad ikhlas dan rela berkorban demi menghidupi kelima anaknyalah yang membuat ia tetap tak patah semangat.

Ibuku juga demikian, dan tentunya ibu-ibu hebat lainnya di muka bumi ini. Ia adalah sosok wanita yang paling tangguh di antara manusia lainnya di bumi ini. Kasih sayang tulusnya tak pernah henti dicurahkan untukku dan adik-adikku. Di balik senyumnya yang lebar, terdapat peluh yang bercucuran demi membesarkan dan merawat anak-anaknya.

Lalu bagaimana dengan Mang Harun sang pegawai PLN, yang tak jarang harus pergi membetulkan kabel listrik yang putus di tengah malam disertai hujan lebat? Semuanya ia lakukan agar masyarakat tidak terganggu dan bisa melaksanakan segala keperluannya. Agar para ibu tidak kerepotan memasak, misalnya. Kemudian agar para pekerja kantoran bisa tepat waktu menyelesiakan laporannya. Juga para peternak ayam agar tidak terganggu ternaknya, dan agar siswa tidak tergangggu belajarnya!

Pun demikian dengan Bi Eron, sang penjual pecel keliling. Di usia senjanya, ia masih mampu mengusung pecel dan beberapa gorengan di atas kepalanya. Setiap hari, dari siang hingga sore bahkan menjelang Maghrib, ia lakoni semuanya. Ia lebih rela berjuang di usia tuanya ketimbang harus mengemis dan meminta-minta kepada tetangga. Ia sadar betul jika kesulitan memang harus dilawan, bukan didiamkan.

Pahlawan itu juga diriku sendiri! Bukankah setiap hari saya mesti bangun pagi meninggalkan anak istri dan pergi ke sekolah sejauh puluhan kilometer? Itu semua saya lakukan sebagai bentuk ketidakmenyererahan atas keadaan. Bahkan di tengah pandemi ini, saya dan semua guru haru mengajar dengan cara yang tidak biasa karena cobaan Corona. Memang, di tahun ini cobaan besar datang ke setiap penjuru di dunia. Keadaan serba berubah, menjadi semakin sulit dan tak biasa, termasuk dunia pendidikan. Saya tidak boleh menyerah, justru harus lebih berinovasi dalam situasi pandemi ini.

Tengok pula para pemimpin kita! Bukankah mereka berjuang siang dan malam untuk menghadapi sulitnya keadaan sekarang? Berbagai inovasi pun dilakukan oleh mereka, hanya untuk satu hal, demi rakyat! Kang Emil misalnya. Inovasi yang dilakukan dalam berbagai aspek membuktikan bahwa Kang Emil adalah sosok pahlawan masa kini. Pun demikian dengan presiden, Pak Jokowi. Dengan berbagai kebijakan beraninya, ia terus berjuang demi rakyatnya dan mengenyampingkan kepentingan pribadi dan golongan.

Sekarang, malam semakin larut. Sosok-sosok pahlawan masa kini pun semakin banyak tergambar, namun tak memungkinkan untuk kutuliskan sekarang. Intinya adalah, saya ingin menyampaikan bahwa pahlawan masa kini bukanlah dia atau mereka, tapi kita semua! Kita semua yang harus tetap bertahan dan bangkit kembali menghadapi segala persoalan hidup. Kita pula yang harus terus optimis bahwa kita akan mampu melewati ini semua. Karena kita sadar, pahlawan itu bukan siapa-siapa, tapi ada dalam diri kita semua!


"H2C - Hello Hero Challenge"

"PAHLAWAN ITU ADALAH KITA"

Nama Lengkap: Tatang Zaelani, S.Pd.

Guru Mata Pelajaran: Bahasa Sunda

Asal Sekolah: SMKN Cikalong 

Komentar

  1. Balasan
    1. Dari cerita diatas kita tidak boleh mudah putus asa di masa tua melainkan jadikanlah masa tua menjadi lebih bermotivasi,dan begitu pula jika ada kesulitan seharusnya diseleaikan bukan didiami

      Hapus
  2. Jadi kesimpulan dari kisah² di atas kita tidak boleh mudah putus asa melainkan kesulian harus diseleaikan bukan di diami, jadikan masa tua untuk lebih bermotivasi.

    BalasHapus

Posting Komentar